TAHUN 1832
Teori evolusi bukanlah penemuan asli Darwin. Dia tidak lebih dari memakai ulang sebuahfilosofi lama.
HMS
Beagle melintasi Lautan Atlantik yang luas. Kapal itu tampak seperti
kapal barang atau penumpang biasa saja, namun perjalanannya adalah
perjalanan untuk melakukan penemuan, yang akan berlangsung
bertahun-tahun. Dari Inggris, ia akan menyeberangi lautan dan mencapai
pantai Amerika Selatan.
Beagle, sebuah kapal dengan kepentingan yang sedikit diketahui hingga saat itu, berangkat untuk perjalanan lima tahun lamanya.
Yang pada akhirnya akan membuat kapal
itu terkenal adalah penumpangnya, Charles Robert Darwin, seorang
penyelidik alam berusia 22 tahun. Dia tidak benar-benar mempelajari
biologi namun menjadi mahasiswa teologi di Universitas Cambridge.
Walaupun anak muda ini mendalami teologi
secara luas, zamannya kuat dipengaruhi oleh pemikiran materialis.
Memang, setahun sebelum memulai perjalanannya dengan Beagle, ia telah
menolak sejumlah ajaran dasar agama Kristen.
Darwin muda menafsirkan semua penemuan
yang diperoleh selama perjalanannya dalam kerangka pemikiran materialis,
dan berusaha menjelaskan makhluk hidup yang diselidikinya tanpa merujuk
kepada penciptaan oleh Tuhan. Selama tahun-tahun selanjutnya, ia
mengembangkan, memperhalus, dan akhirnya menerbitkan gagasan-gagasan
ini. Teorinya diajukan tahun 1859, di dalam sebuah buku berjudul Origin
of Species (Asal Usul Spesies), yang tidak diterima secara baik di dunia
intelektual abad kesembilan belas, walaupun akhirnya akan menyediakan
basis yang seolah ilmiah yang telah dicari-cari ateisme selama
berabad-abad.
Apakah teori evolusi penemuan asli
Darwin? Apakah ia sendiri mengembangkan sebuah teori yang membuka jalan
kepada salah satu penipuan terbesar dalam sejarah dunia?
Sebenarnya, Darwin tidak melakukan apa-apa selain mengubah gagasan yang landasannya telah dibangun sebelumnya.
MITOS EVOLUSI, DARI YUNANI KUNO KE EROPA MODERN
Teori evolusi materialis dikembangkan oleh para filsuf pagan di Yunani Kuno.
Intisari dari teori evolusi Darwin
adalah klaim bahwa di bawah kondisi alamiah murni, materi tak hidup
secara spontan memunculkan makhluk hidup pertama, dan bahwa dari mereka,
lagi-lagi di bawah kondisi serupa, semua spesies lain berkembang oleh
kebetulan belaka. Dengan kata lain, teori evolusi mengajukan keberadaan
sebentuk sistem yang swakelola, yang telah mengorganisasi dirinya
sendiri tanpa pencipta, dan secara spontan menciptakan makhluk hidup.
Gagasan bahwa alam mengorganisasi dirinya sendiri tanpa pencipta ini
disebut "naturalisme".
Teori naturalisme sama absurdnya dengan
gagasan bahwa sebuah perpustakaan dapat menciptakan dirinya sendiri
tanpa para pengarang. Namun, semenjak abad-abad awal sejarah, gagasan
ini telah dipertahankan oleh banyak pemikir dengan dilandaskan semata
pada dorongan filosofis dan ideologis mereka, dan telah diadopsi oleh
sejumlah peradaban.
Naturalisme lahir dan tumbuh subur di
dalam masyarakat pagan seperti Mesir Kuno dan Yunani Kuno. Namun, dengan
tersebarnya agama Kristen, filosofi pagan ini banyak ditinggalkan, dan
gagasan bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam dan semesta mulai
mendominasi. Begitu pula, begitu Islam tersebar di Timur, gagasan
naturalis dan berbagai kepercayaan pagan, seperti Zoroasterianisme dan
persihiran tersingkir, dan fakta penciptaan diterima.
Walaupun demikian, filosofi naturalis
tetap bertahan di bawah tanah. Filosofi ini dipelihara oleh
masyarakat-masyarakat rahasia dan bangkit kembali di bawah keadaan yang
lebih sesuai. Pada dunia Kristen, sebagaimana disebutkan di awal buku
ini, naturalisme dipelihara oleh kaum Mason, dan masyarakat-masyarakat
rahasia lainnya yang mengikuti mereka. Sebuah majalah Turki bernama
Mason, yang diterbitkan untuk anggota ordo, memberikan informasi
menariang dilakukan secara rahasia dan bahkan mereka yang terlibat di
riset serupa harus menyembunyikan hubungan mereka. Kerahasiaan ini
membutuhkan pemakaian beberapa tanda dan simbol sepanjang proyek yang
dilaksanakan. 94
<="" p="">
Mereka yang sampai pada berbagai
penemuan baru di dunia peristiwa dan fenomena alam tanpa memperhitungkan
Tuhan terpaksa menyimpan penemuan mereka untuk diri sendiri. Riset
yyle="text-align: justify;">
Yang pertama kali memajukan teori
evolusi di Eropa modern adalah para anggota masyarakat Masonik yang
dikenal sebagai Mawar Salib (Rosicrucian). Bawah: Simbol dari
Rosicrucian.
Apa
yang dimaksud dengan "penemuan baru" di sini adalah pemahaman sains
yang bersekutu dengan naturalisme, sebuah teori yang tidak menerima
keberadaan Tuhan. Pendekatan kajian sains yang menyimpang ini
dikembangkan secara rahasia di dalam masyarakat bawah tanah yang perlu
menggunakan tanda-tanda dan simbol-simbol untuk tujuan ini dan begitulah
akar Masonry dibentuk.
Salah satu dari yang disebut masyarakat
rahasia ini, yang bertanggung jawab atas penanaman akar Masonry adalah
ordo Mawar-Salib (Rosicrucian), sebentuk titik temu antara Templar dan
Mason. Ordo ini, pertama kali terdengar di abad kelima belas,
menciptakan gelombang minat akan alkimia, khususnya di Eropa, yang para
anggotanya dikatakan memiliki pengetahuan rahasia. Namun warisan
terpenting dari ordo Mawar Salib adalah filosofi naturalis, dan gagasan
tentang evolusi, yang menjadi bagiannya. Majalah Mason menyatakan bahwa
akar Masonry merentang kepada para Templar dan Rosicrucian, yang
menekankan filosofi evolusionis:
Tidak diketahui di mana dan bagaimana
ordo Rosicrucian didirikan. Jejak pertamanya terdapat di Eropa abad
kelima belas, tapi jelas bahwa ordo itu lebih tua lagi. Jauh dari para
Templar, minat utama Rosicrucian bersifat ilmiah. Anggotanya secara luas
melibatkan diri dalam alkimia.... Karakteristik terpenting
anggota-anggotanya adalah fakta bahwa mereka memercayai bahwa setiap
tahap perkembangan adalah tahapan dalam proses evolusi. Oleh karena itu,
mereka menempatkan naturalisme sebagai dasar filosofi mereka sehingga
dikenal sebagai "kaum naturalis." 95
Organisasi Masonik lainnya yang
mengembangkan gagasan evolusi tidak berada di Barat tetapi dibangun di
Timur. Imam Besar Selami Isindag menyebutkan informasi berikut ini di
dalam sebuah artikel berjudul "Masonry dan Kita: Dari Pembentukannya
hingga Hari Ini":
Di dalam dunia Islam terdapat padanan
Masonry yang disebut Ikhwan as-Safa' (Persaudaraan Suci). Perkumpulan
ini didirikan di Basrah pada zaman Abbasiyah dan menerbitkan sebuah
ensiklopedia yang terdiri dari 54 jilid besar. Tujuh belas di antaranya
berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam dan berisi penjelasan ilmiah
yang sangat mirip dengan penjelasan Darwin. Pemikiran ini bahkan
berkembang hingga ke Spanyol dan memengaruhi pemikiran Barat.96
Simbol yang tampak di atas digunakan
di loge Masonik, dan merupakan simbol Rosikrusian (bunga mawar dan
salib) yang digabungkan dengan simbol Masonik (kompas dan jangka).
Walaupun
berkembang di dunia Islam, perkumpulan ini menjauhkan diri dari
ajaran-ajaran Islam yang utama. Ia dipengaruhi oleh filosofi Yunani
Kuno, yang diungkapkannya melalui simbolisme rahasia. Selami Isindag
melanjutkan:
Perkumpulan ini berasal dari sekte
Ismailiyah dan tujuan utamanya adalah membuat dogma-dogma agama dapat
diterima dengan berbagai penjelasan alegoris dan simbolik. Filosofinya
dipengaruhi oleh Pythagoras dan Plato. Untuk memasuki perkumpulan ini,
pertama seseorang dipikat dengan petunjuk mistik dan kemudian
dibersihkan dari berbagai kepercayaan dan dogma agama yang sia-sia.
Selanjutnya ia dibiasakan dengan metoda-metoda filosofis dan simbolik.
Calon anggota yang melewati masa penerimaan ini kadang-kadang diajarkan
tentang pemikiran neo-Platonik, dan kemudian kimia, astrologi, dan
numerology, ilmu tentang makna angka-angka. Tetapi semua pengetahuan ini
dirahasiakan dan diberikan hanya kepada mereka dianggap layak
menerimanya. Sebagian dari arti simbolik dari unsur-unsur ini tidak
berlawanan dengan ilmu pengetahuan dan logika sehingga dapat bertahan
pada berbagai ritual kita saat ini. 97
Kata-kata yang dikutip di atas,
"dibersihkan dari berbagai kepercayaan dan dogma agama yang sia-sia"
berarti bahwa calon anggota dibuat menolak agama sama sekali. Begitulah
Isindag sang Mason mendefinisikan agama. Namun, sebagaimana dikaji pada
bagian sebelumnya, "kepercayaan dan dogma yang sia-sia" adalah eufemisme
khusus dari filosofi Masonik. Harus dipahami bahwa Masonry, atau
kelompok materialis lainnya, mengungkapkan gagasan antiagama semacam itu
tanpa pembenaran logis; mereka hanya bersandar pada propaganda dan
sugesti. Karena mereka tidak dapat mencela agama secara rasional, mereka
menggunakan cara sugesti dan kata-kata pilihan ini untuk menciptakan
efek psikologis tertentu.
Dari kutipan di atas, kita memahami
bahwa Ikhwan as-Safa', sebuah padanan masyarakat Masonry dalam dunia
Islam, melakukan berbagai aktivitas yang menyerupai kaum Masonry modern.
Metoda mereka adalah mendukung filosofi pagan yang bertolak belakang
dengan agama sejati, mengungkapkannya dengan simbol-simbol, dan
memperkenalkan filosofi rahasia ini kepada anggotanya sedikit demi
sedikit.
Di dalam sejarah Islam terdapat beragam
pemikir yang dengan cara ini menjauhkan diri dari Islam, dan dipengaruhi
oleh mitos-mitos materialis dan evolusionis Yunani Kuno. Fakta bahwa
aliran pemikiran ini, yang begitu dibenci dan disangkal oleh imam besar
Islam Al Ghazali di dalam karya-karyanya, memunyai karakter Masonik
sudah tentu memperjelas sebagian masalah ini. Di dalam karyanya Al
Munqidh min al-Dalal (Membebaskan Diri dari Kesesatan), Ghazali secara
langsung mengkritik perkumpulan Ikhwan as-Safa, menjelaskan bahwa
perkumpulan itu mendukung filosofi sesat yang dipengaruhi oleh pemikiran
Yunani Kuno. Dan, di dalam karyanya Fadaidh al Bathiniyyah, ia
menunjukkan penyimpangan ajaran sekte Ismailiyah, di mana Ikhwan as-Safa
tergabung.
ZAMAN PENCERAHAN DAN KEBANGKITAN MITOS EVOLUSI
Revolusi: Prancis berubah menjadi lautan darah.
Gagasan
materialis dan evolusionis dari organisasi Masonik semacam Rosicrucian
atau Ikhwan as-Safa yang diungkapkan secara rahasia, namun paling sering
secara simbolis, menjadi lebih terbuka begitu kekuatan sosial Gereja
Katolik melemah di Eropa. Akibatnya, ajaran-ajaran pagan ini, yang
berada di bawah tanah selama 1000 tahun oleh karena dominasi politis dan
intelektual agama Kristen, menjadi mode lagi di tengah-tengah para
pemikir Eropa abad ketujuh belas dan delapan belas.
Periode ketika pemikiran materialis dan
evolusionis mendapatkan penerimaan luas di masyarakat Eropa, dan
memengaruhinya agar menjauhkan diri dari agama dikenal sebagai Zaman
Pencerahan. Sudah barang tentu, mereka yang memilih kata ini (yakni
mereka yang menganggap positif perubahan pemikiran ini bagaikan
perpindahan menuju cahaya) adalah para pemimpin penyimpangan ini. Mereka
menggambarkan periode sebelumnya sebagai "Abad Kegelapan" dan
menyalahkan agama sebagai penyebabnya. Mereka mengklaim Eropa menjadi
tercerahkan ketika dilakukan sekularisasi dan dijauhkan dari agama.
Sudut pandang yang bias dan palsu ini sampai hari ini masih menjadi
salah satu mekanisme propaganda utama bagi mereka yang menentang agama.
Di dalam bukunya, Refleksi atas Revolusi di Prancis,
Edmund Burke menunjukkan dampak-dampak destruktif dari Revolusi Prancis dan Pencerahan.
Memang
benar bahwa agama Kristen abad pertengahan sebagiannya "gelap" dengan
takhyul dan kefanatikan, dan hampir semuanya telah dibersihkan pada
pascaabad pertengahan. Nyatanya, Zaman Pencerahan pun tidak membawa
banyak hasil positif bagi Barat. Hasil terpenting dari Zaman Pencerahan,
yang terjadi di Prancis, adalah Revolusi Prancis, yang mengubah negara
itu menjadi lautan darah. Hari ini literatur yang dipengaruhi Pencerahan
memuji Revolusi Prancis; namun, Revolusi banyak membebani Prancis dan
ikut berperan atas terjadinya konflik sosial yang berlanjut hingga ke
abad kedua puluh. Analisis tentang Revolusi Prancis dan Pencerahan oleh
pemikir Inggris terkenal, Edmund Burke, sangat informatif. Dalam bukunya
yang terkenal, Reflection on the Revolution in France, yang terbit pada
tahun 1790, ia mengkritik baik gagasan Pencerahan maupun buahnya,
Revolusi Prancis. Menurutnya, gerakan itu menghancurkan nilai-nilai
dasar yang menyatukan masyarakat, seperti agama, moralitas, dan struktur
keluarga, serta melempangkan jalan menuju teror dan anarki. Akhirnya,
dia memandang Pencerahan, sebagaimana disitir seorang penafsir, sebagai
sebuah "gerakan destruktif kecerdasan manusia." 98
Voltaire, Diderot, dan "para Ensiklopedis":
Para pemimpin Pencerahan Masonik dan penentang agama yang sengit.
Para
pemimpin gerakan destruktif ini adalah pengikut Masonry. Voltaire,
Diderot, Montesquieu, dan pemikir-pemikir antiagama lain yang
mempersiapkan jalan ke Revolusi, semuanya pengikut Masonry. Kaum Mason
akrab dengan para Jacobin yang memimpin Revolusi. Hal ini membuat
sebagian sejarawan berpendapat bahwa sulit untuk membedakan antara
ajaran Jacobin dan Masonry pada periode ini. (Lihat Ordo Masonik Baru
karya Harun Yahya)
Selama Revolusi Prancis, banyak
kekerasan yang ditujukan terhadap agama. Banyak pastor dikirim ke
guillotine, banyak gereja dihancurkan, dan lebih jauh lagi, ada sejumlah
orang yang hendak menghapuskan agama Kristen sama sekali dan
menggantikannya dengan sebuah agama yang bersifat simbolik, pagan, dan
menyimpang yang disebut "Agama Akal Budi". Para pemimpin Revolusi juga
menjadi korban dari kegilaan ini, satu per satu dari mereka akhirnya
terpenggal kepalanya di bawah pisau guillotine, yang telah mereka
sendiri gunakan untuk menghukum begitu banyak orang. Bahkan hari ini,
banyak orang Prancis yang terus mempertanyakan apakah revolusi itu baik
atau tidak.
Sentimen antiagama pada Revolusi
Prancis menyebar ke seluruh Eropa dan, sebagai hasilnya, abad kesembilan
belas menjadi salah satu periode propaganda antiagama yang paling
berani dan paling agresif.
Oleh karena itu, proses ini
memungkinkan munculnya gagasan-gagasan materialis dan evolusionis ke
permukaan , setelah bergerak di bawah tanah selama berabad-abad dengan
menggunakan berbagai simbol. Para materialis seperti Diderot dan Baron
d'Holbach mengangkat bendera antiagama, sementara mitos evolusi dari
mitos Yunani Kuno diperkenalkan kepada kalangan ilmiah.
ERASMUS DARWIN
Mereka yang secara umum dianggap sebagai
pendiri teori evolusi adalah ahli biologi Prancis Jean Lamarc dan ahli
biologi Inggris Charles Darwin. Menurut kisah klasik, Lamarc pertama
kali mengajukan teori evolusi, namun ia melakukan kesalahan dengan
melandaskannya pada pewarisan sifat-sifat yang dibutuhkan. Di kemudian
hari, Darwin mengajukan teori kedua yang berlandaskan pada ahli teori
yang berperan penting dalam asal usul teori evolusi, yakni kakeknya
sendiri, Erasmus Darwin.
Erasmus Darwin dan Lamarc sama-sama
hidup di abad kedelapan belas. Sebagai seorang ahli ilmu fisika, ahli
ilmu jiwa, dan penyair, ia diakui sebagai seorang yang memiliki
otoritas. Penulis biografinya, Desmond King-Hele bahkan menyebutnya
orang Inggris terbesar di abad kedelapan belas.99 Namun Erasmus Darwin
memunyai kehidupan pribadi yang sangat gelap. 100
Erasmus Darwin utamanya dicatat sebagai
salah satu naturalis paling terkemuka di Inggris. Sebagaimana disebutkan
di bagian awal, naturalisme adalah pandangan yang tidak menerima bahwa
Tuhanlah yang menciptakan makhluk hidup. Sesungguhnya, pandangan ini,
yang dekat dengan materialisme, adalah titik tolak dari teori evolusi
Erasmus Darwin.
Pada tahun 1780-an dan 90-an, Erasmus
Darwin mengembangkan kerangka dasar teori evolusi, yang menyebutkan
bahwa semua makhluk hidup berasal dari satu nenek moyang tunggal secara
kebetulan dan mengikuti hukum-hukum alam. Ia melakukan risetnya di
sebuah taman botani seluas delapan akre yang telah ia siapkan, dan
berusaha membuktikan idenya. Dia menjelaskan teorinya pada dua bukunya,
Temple of Nature (Kuil Alam) dan Zoonomia. Lebih jauh lagi, pada tahun
1784 ia mendirikan sebuah komunitas untuk menyebarkan gagasannya, yang
dikenal sebagai Masyarakat Filosofis.
Kanan: Erasmus Darwin, kakek Charles Darwin adalah seorang "Imam Mason".
Kiri: Buku Erasmus Darwin Zoonomia, di mana ia meletakkan pondasi untuk teori evolusi.
Bertahun-tahun kemudian, Charles Darwin
mewarisi gagasan-gagasan kakeknya dan kerangka dasar dari pengajuannya
tentang teori evolusi. Teori evolusi Charles Darwin dikembangkan dari
struktur yang dikembangkan kakeknya, sementara Masyarakat Filosofis
menjadi salah satu pendukung teorinya yang terbesar dan paling
bersemangat. 101
Singkatnya, Erasmus Darwin adalah
pelopor sebenarnya dari teori yang kita kenal sebagai teori evolusi yang
telah dipropagandakan di seluruh penjuru dunia selama 150 tahun
terakhir.
Dari mana Erasmus Darwin mendapatkan gagasan tentang evolusi? Dari mana minatnya akan subjek ini datang?
Setelah pencarian saksama akan jawaban
pertanyaan ini, kami menemukan fakta penting bahwa Erasmus Darwin adalah
seorang Mason. Namun, ia pun bukan sekadar Mason biasa, ia adalah salah
seorang Imam tertinggi di organisasi ini.
Ia adalah Imam dari loge Canongate yang
terkenal di Edinburg, Skotlandia.102 Lebih jauh lagi, ia memiliki
hubungan erat dengan kaum Mason Jacobin yang menjadi pengorganisir
revolusi di Prancis saat itu, dan dengan ‘Illuminati', yang tujuan
utamanya adalah membantu pengembangan kebencian terhadap agama.103
Artinya, Erasmus Darwin adalah nama penting dalam organisasi-organisasi
antiagama di Masonik Eropa.
Erasmus mendidik anaknya Robert (ayah
Charles Darwin), yang juga menjadi anggota loge Masonik. 104 Oleh karena
itu, Charles Darwin menerima pewarisan ajaran Masonik dari ayah dan
kakeknya.
Erasmus Darwin berharap anaknya Robert
mengembangkan dan menerbitkan teorinya, namun ternyata cucunya Charles
yang meneruskan kegiatan tersebut. Walaupun baru setelah beberapa lama,
karya Erasmus Darwin, Temple of Nature akhirnya direvisi oleh Charles
Darwin. Pandangan-pandangan Darwin tidak memiliki bobot teori ilmiah;
namun lebih berupa ungkapan doktrin naturalis yang memandang alam
memiliki daya penciptaan.
KAUM MASON DAN FILOSOFI NATURALIS
Adapun teori seleksi alam yang dianggap
sebagai satu kontribusi khusus Darwin, juga semata merupakan teori yang
telah diajukan sebelumnya oleh sejumlah ilmuwan. Namun, para ilmuwan
sebelum era Darwin tidak menjadikan teori seleksi alam sebagai argumen
terhadap penciptaan; sebaliknya, mereka memandangnya sebagai mekanisme
yang dirancang oleh sang Pencipta untuk melindungi spesies dari distorsi
yang turun-temurun. Seperti Karl Marx mengambil konsep idealis Hegel
tentang "dialektika", dan membengkokkannya agar sesuai dengan
filosofinya sendiri, begitu pula Darwin mengambil teori seleksi alam
dari ilmuwan kreasionis dan menggunakannya sedemikian rupa hingga
memenuhi gagasan naturalisme.
Oleh karenanya, kontribusi pribadi
Darwin dalam formulasi Darwinisme hendaknya tidak berlebihan.
Konsep-konsep filosofis yang ia gunakan ditemukan oleh para filosof
naturalisme sebelumnya. Jika Darwin tidak mengajukan teori evolusi, akan
ada orang lain yang melakukannya. Pada kenyataannya, sebuah teori yang
mirip dengan ini diajukan pada periode yang sama oleh ilmuwan natural
Inggris lainnya yang bernama Alfred Russel Wallace; itulah sebabnya
Darwin bergegas menerbitkan Origin of the Species.
Akhirnya, Darwin muncul di panggung
ketika perjuangan panjang telah dimulai di Eropa untuk menghancurkan
keimanan akan Tuhan dan agama, menggantinya dengan filosofi naturalis
dan sebuah model humanis untuk kehidupan manusia. Kekuatan yang paling
signifikan di balik perjuangan ini bukanlah pemikir yang ini atau yang
itu, melainkan organisasi Masonik, yang memunyai begitu banyak anggota
dari pemikir, ideolog, dan pemimpin politik.
Alfred Russel dan Charles Darwin.
Fakta ini diakui dan diungkapkan oleh
sejumlah tokoh Kristen masa itu. Paus Leo XIII, pemimpin Katolik dunia,
mengeluarkan sebuah dekrit yang terkenal pada tahun 1884, berjudul
Humanus Genus di mana ia menyampaikan banyak pernyataan penting tentang
Masonry dan aktivitas-aktivitasnya. Ia menulis:
Pada periode ini para pendukung setia
setan tampaknya sedang menggabungkan diri, dan berjuang dengan gelora
yang padu, dipimpin atau dibantu oleh asosiasi yang tersebar luas dan
terorganisasi kuat yang disebut Freemason. Tidak lagi merahasiakan
tujuan-tujuan mereka, mereka sekarang sedang bangkit dengan berani
melawan Tuhan sendiri.
... Karena, dari yang ditunjukkan dengan
jelas oleh apa telah kami sebutkan di atas, apa yang merupakan tujuan
utama mereka mendesakkan diri ke depan mata yakni, penggulingan total
keseluruhan tatanan politik dan agama di dunia yang dihasilkan ajaran
Kristen, dan penggantian dengan sebuah tatanan baru sesuai dengan
gagasan mereka "di mana pondasi dan hukum akan diambil dari naturalisme
saja." 105
Paus Leo XIII
Fakta
penting yang dinyatakan oleh Leo XIII pada kutipan di atas adalah upaya
untuk menghancurkan sama sekali nilai-nilai moral yang diajarkan oleh
agama. Apa yang coba dilakukan oleh Masonry dengan bantuan Darwinisme
adalah menghasilkan masyarakat yang bobrok secara moral dan tidak
mengakui hukum ketuhanan, tidak takut akan Tuhan, dan mudah terbujuk
untuk melakukan segala macam kejahatan. Apa yang dimaksud di atas dengan
"sebuah tatanan baru sesuai dengan gagasan mereka di mana pondasi dan
hukum akan diambil dari naturalisme saja" adalah sejenis model sosial.
Kaum Mason, karena menganggap Darwinisme
dapat memenuhi tujuan-tujuan mereka, berperan penting dalam
penyebarannya ke tengah massa. Segera setelah teori Darwin diterbitkan,
sekelompok propagandis sukarela terbentuk di sekitarnya; yang paling
terkenal adalah Thomas Huxley yang disebut "bulldog" Darwin. Huxley,
"dengan pembelaannya yang berapi-api adalah faktor tunggal yang paling
bertanggung jawab akan penerimaan yang pesat terhadap Darwinisme"106
menggiring perhatian dunia kepada teori evolusi pada debat di Museum
Universitas Oxford yang dimasukinya pada tanggal 30 Juni 1860 dengan
bishop Oxford, Samuel Wilberforce.
Dedikasi Huxley yang luar biasa dalam
menyebarkan gagasan evolusi, serta koneksinya yang kuat, semakin nyata
dengan fakta berikut: Huxley adalah anggota Royal Society, salah satu
lembaga ilmiah paling bergengsi di Inggris dan, seperti hampir semua
anggota lembaga ini, adalah Mason senior.107 Anggota lain Royal Society
memberi Darwin dukungan yang signifikan, baik sebelum maupun sesudah
bukunya diterbitkan.108 Penerimaan masyarakat Masonik ini akan Darwin
dan Darwinisme sampai ke wujud penganugerahan medali Darwin, seperti
halnya Hadiah Nobel, setiap tahun untuk ilmuwan yang dianggap berhak
menerimanya.
Pendeknya, Darwin tidak berjalan
sendirian; sejak saat teorinya diajukan, dia menerima dukungan dari
kelas-kelas dan kelompok-kelompok sosial yang kalangan intinya adalah
kaum Mason. Dalam bukunya, Marxisme dan Darwinisme, pemikir Marxis Anton
Pannekoek menuliskan tentang fakta penting ini dan menggambarkan
dukungan yang diberikan kepada Darwin oleh "kaum borjuis", yaitu kelas
kapitalis Eropa yang kaya-raya:
Bahwa Marxis meraih posisi penting
semata berkat peranannya dalam perjuangan kelas proletarian, diketahui
semua orang.... Namun sulit memahami kenyataan bahwa Darwinisme telah
mengalami pengalaman yang serupa dengan Marxisme. Darwinisme bukan
sekadar teori abstrak yang diadopsi oleh dunia ilmiah setelah
mendiskusikan dan mengujinya dengan sikap objektif semata. Tidak, segera
setelah Darwinisme menampakkan diri, ia mendapatkan para pembela yang
antusias dan penentang yang berapi-api.... Darwinisme juga memainkan
peran dalam perjuangan kelas, dan berkat peranannya ini ia menyebar
begitu pesatnya dan mendapatkan pembela yang antusias dan penentang yang
tajam.
Darwinisme bertindak sebagai sarana bagi
kaum borjuis dalam pertarungannya melawan kelas feodal, melawan para
bangsawan, pemegang hak kepasturan, dan tuan-tuan tanah feodal.... Yang
diinginkan oleh kaum borjuis adalah menyingkirkan kekuatan lama yang
berkuasa yang menghadang jalan mereka.... Dengan bantuan agama, para
pendeta menguasai massa ramai dan siap menentang tuntutan kaum
borjuis....
Ilmu alam menjadi senjata melawan
kepercayaan dan tradisi; sains dan hukum-hukum alam yang baru ditemukan
diajukan; dengan senjata-senjata inilah kaum borjuis berjuang....
Darwinisme datang pada saat dibutuhkan;
teori Darwin bahwa manusia adalah keturunan dari hewan yang lebih rendah
menghancurkan seluruh landasan dogma Kristen. Karena itulah, segera
setelah Darwinisme menunjukkan diri, kaum borjuis menyambarnya dengan
penuh semangat.
...Di bawah kondisi-kondisi ini, bahkan
diskusi-diskusi ilmiah diselenggarakan dengan semangat dan gairah
pertarungan kelas. Karenanya, tulisan-tulisan yang tampak pro dan kontra
terhadap Darwin berkarakter polemik sosial, walaupun pada kenyataannya
membawa nama para penulis ilmiah.... 109
Walaupun Anton Pannekoek, yang berpikir
dengan kerangka analisa kelas Marxis, mendefinisikan kekuatan yang
menyebarkan Darwinisme dan menciptakan sebuah pertarungan terorganisasi
melawan agama sebagai "borjuis", jika kita kaji masalahnya di bawah
terangnya bukti-bukti historis, akan tampak bahwa ada organisasi di
dalam kaum borjuis yang memanfaatkan Darwinisme untuk mengusung perang
mereka melawan agama. Organisasi itu tak lain tak bukan adalah Masonry.
Teori Darwin tampak masuk akal bagi sebagian orang karena tingkat ilmu pengetahuan yang
masih primitif dan bukti yang amat kurang di abad kesembilan belas.
Fakta ini jelas baik dari bukti historis
maupun sumber-sumber Masonik. Salah satu sumber ini adalah sebuah
artikel karya Imam Mason Selami Isindag yang berjudul "Hambatan bagi
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Masonry", yang muncul pada Buletin
Tahunan Loge Besar Mason Turki yang Bebas dan Disetujui pada tahun 1962.
Pada awal artikel ini, Isindag mengulangi klaim klasik Masonik bahwa
agama adalah mitos yang diciptakan oleh manusia, dan monoteisme
bertentangan dengan logika dan sains. Selanjutnya, ia menguraikan
penghasut sebenarnya dari perang melawan agama yang dilakukan di bawah
kedok "sains":
Akan teramati bahwa di dalam perjuangan
untuk menyebarkan ilmu pengetahuan ini kaum Mason dikenal telah
berpartisipasi dalam setiap tingkatan. Alasannya adalah karena Masonry
di dalam setiap periode senantiasa dituntun oleh logika, ilmu
pengetahuan, dan kedewasaan, artinya, oleh kebijaksanaan. Sejak
berdirinya, ia telah berperang melawan takhyul dan mitos. 110
Namun faktanya, yang merupakan "takhyul
dan mitos" itu bukanlah agama, sebagaimana diklaim kaum Mason; melainkan
landasan dari kepercayaan materialis, naturalis, dan evolusionis yang
mereka dukung. Bukti terjelas dari fakta ini adalah gagasan-gagasan
mereka yang ketinggalan zaman, pengulangan-pengulangan mereka tentang
berbagai keyakinan kosong dari peradaban pagan Mesir dan Yunani, yang
telah digugurkan oleh penemuan-penemuan sains modern.
Perbandingan dari fakta-fakta ilmiah
yang sesuai dengan asal usul kehidupan dan keyakinan Masonik tentangnya
akan memadai bagi kita untuk menarik kesimpulan akan hal ini.
TEORI MASONIK TENTANG ASAL USUL KEHIDUPAN
Sebagaimana dinyatakan di awal, teori
evolusi bersandar pada klaim bahwa makhluk hidup tidak diciptakan,
tetapi muncul dan berkembang karena kebetulan dan hukum-hukum alam.
Untuk menguji teori ini secara ilmiah, perlu diperhatikan setiap tahapan
dari proses yang direka ini, dan mengkaji dapat tidaknya proses semacam
itu terjadi di masa lampau dan apakah proses demikian itu mungkin.
Langkah pertama dari proses ini adalah kondisi hipotetis di mana materi tak hidup dapat memunculkan organisme hidup.
Sebelum mengamati kondisi ini, kita
harus mengingat hukum yang telah diakui di dalam biologi sejak masa
Pasteur: "Kehidupan berasal dari kehidupan". Artinya, organisme hidup
hanya dapat dimunculkan dari organisme hidup lainnya. Misalnya, mamalia
lahir dari induknya. Spesies-spesies hewan lainnya menetas dari telur
yang dierami induknya. Tumbuhan berkembang dari biji. Organisme bersel
tunggal seperti bakteri membelah diri dan berkembang biak.
Tidak pernah sekali pun terjadi
sebaliknya. Sepanjang sejarah dunia, tidak seorang pun pernah
menyaksikan materi tak hidup melahirkan makhluk hidup. Tentu saja, ada
sebagian dari mereka yang hidup di Mesir dan Yunani Kuno, serta pada
Abad Pertengahan yang mengira telah mengamati hasil seperti itu: orang
Mesir percaya bahwa katak melompat keluar dari lumpur Nil, kepercayaan
yang juga didukung oleh para filsuf Yunani Kuno seperti Aristoteles. Di
Abad Pertengahan, diyakini bahwa tikus lahir dari gandum di lumbung.
Namun, semua keyakinan ini terbukti sebagai hasil dari kebodohan, dan
akhirnya, dalam percobaannya yang terkenal di tahun 1860, Pasteur
membuktikan bahwa bahkan bakteri, bentuk kehidupan yang paling dasar,
tidak muncul tanpa pendahulu, artinya, mustahil benda tak bernyawa
menghasilkan kehidupan.
Namun, teori evolusi tergantung pada
kemustahilan ini karena klaimnya bahwa makhluk-makhluk hidup lahir dan
berkembang tanpa keterlibatan sebentuk pencipta, dan ini mensyaratkan
bahwa pada tahap-tahap awal skenario rekaan ini, makhluk hidup muncul
dari kebetulan.
Karena pemahaman ilmiah yang masih belum sempurna
pada zamannya, Aristoteles mengajukan beberapa penjelasan
mistis yang masih diterima saat ini di dalam literatur Masonik.
Darwin
berusaha menjelaskan asal usul kehidupan, yang hanya sedikit
diketahuinya, dalam sebuah kalimat pendek, di mana ia menyatakan bahwa
kehidupan pertama kali mestilah berupa "semacam kolam kecil yang
hangat", 111 namun para evolusionis setelahnya merasa khawatir untuk
memperdalam masalah ini. Walau demikian, berbagai upaya yang dilakukan
sepanjang abad kedua puluh untuk memberikan penjelasan evolusionis
tentang asal usul kehidupan hanya kian memperdalam kebuntuan yang
menjebak para evolusionis. Selain tidak mampu memberikan bukti ilmiah
sedikit pun bahwa kehidupan dapat bermula dari materi tak hidup, para
evolusionis juga tidak mampu memberikan satu pun penjelasan teoretis.
Ini karena struktur organisme hidup bersel tunggal yang paling dasar pun
teramat kompleks. Secara matematis bahkan mustahil bahwa unsur pokok
sel protein, DNA atau RNA dapat muncul secara kebetulan, apalagi sel itu
sendiri.
Fakta tentang mustahilnya kehidupan
muncul melalui peristiwa kebetulan sendiri membuktikan adanya rancangan,
dan ini pada gilirannya membuktikan fakta penciptaan. Tentang masalah
ini, ahli astronomi dan matematika terkenal dari Inggris, Fred Hoyle,
berkomentar:
Tentu saja, teori semacam itu (bahwa
kehidupan disusun oleh sebentuk kecerdasan) begitu jelas sehingga siapa
pun akan bertanya-tanya mengapa tidak diterima sebagai terbukti dengan
sendirinya. Alasannya lebih bersifat psikologis daripada ilmiah. 112
"Alasan psikologis" yang disebutkan
Hoyle ini adalah watak para evolusionis, di mana mereka berkeras menolak
sejak awal, setiap hasil yang akan membuat mereka menerima keberadaan
Tuhan dan mengondisikan diri mereka dengan ini.
Pada buku lain yang berfokus pada
ketidaksahihan teori evolusi, kami mengutip banyak pengakuan para
evolusionis tentang fakta ini dan mengkaji hipotesis tidak masuk akal
yang diajukan para evolusionis secara membuta semata untuk menolak
keberadaan Tuhan. Namun pada titik ini, kita akan memfokuskan perhatian
kepada loge Masonik untuk memahami pandangan mereka akan hal ini. Walau
demikian jelas bahwa "kehidupan diciptakan oleh Pencipta yang cerdas",
bagaimana pendapat para Mason?
Imam Mason, Selami Isindag, dalam
bukunya yang ditujukan untuk kalangan Mason berjudul Evrim Yolu (Jalan
Evolusi) menjelaskan sebagai berikut:
Karakteristik terpenting dari ajaran
moralitas kita adalah tidak memisahkan diri dari prinsip-prinsip logika
dan tidak memasuki teisme (ketuhanan), makna-makna rahasia, atau dogma
yang tidak diketahui. Dengan landasan ini kita menegaskan bahwa
penampakan kehidupan pertama bermula di dalam kristal-kristal pada
kondisi-kondisi yang tidak dapat kita ketahui atau temukan saat ini.
Makhluk hidup lahir sesuai dengan hukum evolusi dan perlahan-lahan
menyebar di seluruh dunia. Sebagai hasil dari evolusi, manusia sekarang
ini muncul dan berkembang melampaui hewan baik dalam kesadaran maupun
kecerdasan. 113
Penting kita perhatikan hubungan sebab
akibat yang diajukan dalam kutipan di atas: Isindag menekankan bahwa
karakteristik Masonry yang terpenting adalah menolak teisme, yakni
kepercayaan akan Tuhan. Dan segera setelahnya, dia mengklaim
"berlandaskan ini" bahwa kehidupan muncul secara spontan dari materi tak
hidup, dan kemudian mengalami evolusi yang menghasilkan kemunculan
manusia.
Kita akan amati bahwa Isindag tidak
mengajukan bukti ilmiah apa pun untuk mendukung teori evolusi. (Fakta
tiadanya bukti ilmiah diisyaratkan dengan kata-kata tumpul bahwa ini
adalah fakta "yang tidak dapat kita ketahui atau temukan saat ini").
Satu-satunya penyokong yang diberikan Isindag untuk teori evolusi adalah
penolakan Masonik akan teisme.
Dengan kata lain, kaum Mason adalah
evolusionis karena mereka tidak mengakui keberadaan Tuhan. Inilah
satu-satunya alasan mereka menjadi evolusionis.
Di dalam konstitusi "Konsili Agung
Turki" yang diselenggarakan oleh Mason Turki tingkat ke-33, skenario
evolusionis sekali lagi disebutkan, dan penolakan kaum Mason akan
penjelasan kreasionis terungkap dalam kata-kata berikut ini:
Pada masa yang amat awal dan sesuai
dengan proses inorganik, kehidupan organik muncul. Untuk menghasilkan
organisme seluler, sel-sel berkumpul. Kemudian, kecerdasan melesat maju
dan lahirlah manusia. Tapi dari mana? Kita terus bertanya-tanya. Apakah
ia berasal dari tiupan nafas Tuhan kepada lumpur tak berbentuk? Kita
menolak penjelasan dari bentuk penciptaan yang abnormal; bentuk
penciptaan yang memisahkan manusia. Karena kehidupan dan silsilahnya
ada, kita harus mengikuti jalur filogenetis dan merasakan, memahami dan
mengakui bahwa ada sebuah roda yang menjelasan perilaku luar biasa ini,
yakni aksi "lompatan". Kita harus meyakini bahwa terdapat sebuah tahapan
perkembangan dengan serbuan besar aktivitas yang menyebabkan kehidupan
berlanjut pada sebuah momen tertentu dari tahapan itu ke tahapan
lainnya. 114
Di sini sangat mungkin kita mengenali
fanatisme Masonik. Ketika menyebutkan bahwa mereka "menolak bentuk
penciptaan yang mengecualikan manusia", penulis mengulangi dogma dasar
humanisme, bahwa "manusia adalah makhluk tertinggi yang ada," dan
mengumumkan bahwa kaum Mason menolak penjelasan selain itu. Ketika
menyebutkan, "bentuk penciptaan yang tidak normal", yang ia maksud
adalah turut campur Tuhan dalam penciptaan makhluk hidup, dengan menolak
kemungkinan ini secara apriori. (Namun, yang sesungguhnya tidak normal
adalah bagaimana kaum Mason menerima, tanpa observasi maupun eksperimen,
keyakinan tidak masuk akal bahwa materi tidak hidup menjadi hidup
secara kebetulan dan membentuk kehidupan di muka bumi, termasuk
manusia.) Akan tampak bahwa dalam penjelasan Masonik tidak ada lontaran
berupa bukti ilmiah. Kaum Mason tidak berkata, "Ada bukti evolusi dan
karenanya kami menolak penciptaan." Mereka semata dibutakan oleh
fantisme filosofis.
Publikasi-publikasi Masonik berkeras
dengan pendirian ini. Master Mason Selami Isindag mengklaim bahwa,
"Selain alam tidak ada kekuatan lain yang membimbing kita, dan
bertanggung jawab atas pemikiran dan tindakan kita." Dia segera
melanjutkan, "kehidupan berawal dari satu sel dan mencapai tahapannya
saat ini sebagai hasil dari berbagai perubahan dan evolusi."115
Selanjutnya dia menyimpulkan apa arti teori evolusi bagi kaum Mason:
Dari sudut pandang evolusi, manusia
tidak berbeda dengan binatang. Dalam pembentukan manusia dan evolusinya
tidak ada kekuatan khusus selain dari yang berlaku pada binatang. 116
Penegasan ini menunjukkan dengan jelas
mengapa kaum Mason menganggap teori evolusi begitu penting. Tujuan
mereka adalah untuk mempertahankan gagasan bahwa manusia tidak
diciptakan dan untuk menunjukkan kebenaran filosofi materialis humanis
mereka sendiri.
Jadi, dengan alasan inilah kaum Mason,
hingga tingkat apa pun, memercayai teori evolusi dan berusaha
menyebarkannya ke seluruh masyarakat.
Ini menunjukkan bahwa kaum Mason, yang
tak henti-hentinya menuduh mereka yang memercayai Tuhan sebagai
dogmatis, justru bersikap dogmatis.
DUKUNGAN PALSU KAUM MASON TERHADAP HAECKEL
Ketika kita mengamati literatur Masonik,
di luar kesetiaan buta mereka akan teori evolusi, kita ditohok oleh
kejahilannya yang amat dalam. Misalnya, jika kita mengkaji sumber-sumber
Turki, kita temukan bahwa klaim-klaim evolusionis yang terbukti palsu
di seperempat pertama abad kedua puluh masih dipertahankan dengan penuh
semangat. Salah satunya adalah kisah Haeckel dan teorinya tentang embrio
yang disebutkan nyaris di semua terbitan Masonik.
Kisahnya
adalah tentang seorang ahli biologi Jerman yang bernama Ernst Haeckel,
yang merupakan teman dekat dan pendukung Charles Darwin, dan salah satu
pendukung utama teori ini setelah kematian Darwin. Untuk membangun
kesahihan teori ini, Haeckel mengkaji embrio dari bermacam-macam makhluk
hidup, dan mengutarakan bahwa mereka semua saling menyerupai dan
sebelum kelahiran masing-masingnya mengalami proses miniatur dari
evolusi. Untuk mendukung klaim ini, dia menggambar sejumlah perbandingan
antara embrio-embrio yang berbeda, dengan tujuan untuk meyakinkan
banyak orang dari kesahihan teori evolusi di paro pertama abad kedua
puluh.
Sebagaimana telah disebutkan,
sumber-sumber Masonik memandang tesis embriologi ini luar biasa
pentingnya, yang dinamakan "ontogeni merekapitulasi filogeni". Imam Naki
Cevad Akkerman, di dalam sebuah artikel berjudul "Konsep Kebenaran dan
Prinsip-Prinsip Masonry" di Mimar Sinan, menyebut tesis ini sebagai
sebuah "hukum", artinya, ia mengangkatnya ke tingkat fakta ilmiah yang
tak terbantahkan. Ia menulis:
...Kita akan mengkaji sebuah hukum alam
yang sangat penting. Inilah rumusan yang diajukan oleh Haeckel,
"ontogeni merekapitulasi filogeni". Jika kita mengambil manusia sebagai
contoh, arti hukum ini adalah sebagai berikut: Berbagai perubahan
morfologis serta perubahan susunan dan fungsi organ-organ yang dialami
manusia, dari pembentukan sel pertama di dalam rahim ibunya, sampai ia
lahir dan selama hidupnya, hingga dia mati, tidak lebih dari sebuah
rekapitulasi dari perubahan yang telah dialaminya sejak permulaan, dari
pembentukan sel awalnya di darat dan di air hingga kini.1
Imam Selami Isindag juga memandang teori
Haeckel ini sangat penting. Di dalam sebuah artikel bertajuk
"Doktrin-Doktrin Masonik", ia menulis, "Di dalam percobaannya, Darwin
membuktikan bahwa beragam spesies hewan pertama kali berkembang dari
sebuah sel tunggal dan kemudian dari sebuah spesies tunggal." Lalu ia
menambahkan:
Haeckel melakukan kajian-kajian yang
medukung semua penemuan eksperimental ini. Dia percaya bahwa hewan yang
paling dasar, Monera, menjadi suatu makhluk hidup organik dari
unsur-unsur materi inorganik. Dia menunjukkan bahwa terdapat kesatuan
pada dasar segala sesuatunya. Monisme ini adalah kombinasi dari materi
dan jiwa. Terdapat dua aspek zat yang membentuk dasar mereka. Apa yang
dipercayai Masonry tentang ini bersesuaian dengan penemuan-penemuan
ilmiah dan eksperimental ini.2
Di dalam teks Masonik lainnya, Haeckel
disebutkan sebagai seorang "sarjana besar", dan tesisnya bahwa "ontogeni
merekapitulasi filogeni"diklaim sebagai bukti dari teori evolusi.3
Akan tetapi, Ernst Haeckel yang diyakini
kaum Mason sebagai seorang sarjana besar tak lain dari seorang penipu
yang lihai yang dengan sengaja memalsukan penemuan-penemuan ilmiah, dan
tesis yang mereka terima sebagai "hukum" (ontogeni merekapitulasi
filogeni) adalah salah satu kebohongan terbesar di dalam sejarah ilmu
pengetahuan.
Kebohongan ini ditemukan pada
gambar-gambar embrio yang dibuat oleh Haeckel. Untuk menunjukkan
kesamaan antara embrio manusia, ayam, kelinci, salamander, yang pada
kenyataannya tidak punya kemiripan semacam itu, ia memalsukan
gambar-gambar tersebut. Pada sebagian kasus ia membuang organ dari
embrio, pada yang lainnya ia menambahkan organ. Lebih jauh lagi, ia
mengubah ukuran aktual dari embrio-embrio itu dalam upayanya untuk
menunjukkan bahwa semuanya berukuran sama. Pendeknya, Haeckel melakukan
pemalsuan ini untuk membuat bukti bagi hal yang tidak ada. Ada artikel
pada Science, sebuah jurnal ilmiah yang bereputasi, dalam edisi 5
September 1997 menyebutkan: "Pada kenyataannya... bahkan embrio yang
berhubungan sangat rapat seperti pada ikan cukup bervariasi dalam
tampilan dan tahapan perkembangannya.... (Gambar-gambar Haeckel)
tampaknya menjadi salah satu penipuan paling terkenal di dalam
biologi."4
Menariknya, penipuan ini telah diketahui
selama bertahun-tahun. Gambar-gambar buatan Haeckel telah ditunjukkan
sebagai pemalsuan pada masa hidupnya sendiri (1910), dengan pengakuannya
pula. Di dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam American Scientist
terbaca, "Sudah jelas hukum biogenetik telah benar-benar mati....
Sebagai topik penyelidikan teoreitis serius, ia telah punah pada tahun
dua puluhan...." 5
Walau demikian, para evolusionis terus
menggunakan gambar-gambar ini selama berpuluh-puluh tahun dengan tujuan
semata untuk memerdayakan massa yang tidak memahami masalah ini.
Hanya ada satu alasan mengapa kaum Mason
memandang teori Haeckel sebagai bukti untuk teori evolusi, dan
menganggapnya sebagai seorang sarjana besar: dedikasi kaum Mason
terhadap teori evolusi tidak dilandaskan pada hasrat mereka akan
pengetahuan dan kebenaran, sebagaimana klaim mereka, namun sebaliknya,
berasal dari kejahilan.
1 Naki Cevad Akkerman, Mimar Sinan, No. 1, hal.13
2 Selami Isindag, Masonluk Öðretileri, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul, hal.137
3 Selami Isindag, Din Açýsýndan Mason
Öðretisi (Masonic Doctrine According to Religion), Akasya Tekamül
Mahfili Publications, hal.10
4 Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, September 5, 1997
5 Keith S. Thompson, "Ontogeny and Phylogeny Recaputilated", American Scientist, vol. 76, hal.273
DOGMATISME DAN TRADISIONALISME MASONIK
Dogmatisme artinya secara membuta dan
tanpa henti mendukung suatu pandangan yang tanpa bukti kesahihannya,
oleh karena kecenderungan psikologis tertentu. Seorang dogmatis tidak
menyelidiki atau memikirkan ulang sesuatu yang dipercayainya ada atau
tidak ada buktinya. Dia menerima hal itu sepenuhnya dan bersikukuh
meyakininya.
Kaum Mason dan kelompok-kelompok
antiagama lainnya yang biasa menggunakan istilah "dogmatis" untuk
menyebut mereka yang memercayai Tuhan. Kita seringkali menemukan tuduhan
ini sekarang. Misalnya, di dalam sebuah debat tentang teori evolusi,
pihak evolusionis mungkin akan menuduh mereka yang tidak menerima teori
itu sebagai dogmatis, dan menyatakan diri mereka ilmiah dengan
mempertahankan bahwa sains tidak punya kepentingan dengan "dogma-dogma".
Namun, tuduhan ini keliru. Kepercayaan
akan keberadaan Tuhan, dan bahwa Dia menciptakan segala sesuatu, adalah
keyakinan yang didukung oleh banyak bukti ilmiah dan rasional. Ada
keseimbangan, keteraturan, dan desain di alam, dan jelas bahwa ini
dibangun secara cerdas dan dengan sengaja.
Karena itulah Al Quran menyeru manusia
untuk menemukan tanda-tanda kebesaran Allah, dan mengajak mereka
memikirkan keseimbangan, keteraturan, dan desain ini. Pada banyak ayat
mereka disuruh untuk memikirkan bukti-bukti keberadaan Allah di langit
dan di bumi. Bukti-bukti yang ditunjukkan di dalam Al Quran tersebut
tidak hanya keseimbangan dan keteraturan di alam semesta, tetapi juga
fenomena semacam kesesuaian dunia untuk kehidupan manusia, desain pada
tumbuhan dan hewan, desain pada tubuh manusia, dan kualitas spiritual
manusia, yang semuanya telah dibenarkan oleh sains modern. (Untuk
perincian, lihat buku-buku Harun Yahya Mengenal Allah Lewat Akal, Penciptaan Alam Raya, Darwinisme Terbantahkan, Menyingkap Rahasia Alam Semesta, Desain di Alam).
Sebaliknya, dogmatisme adalah ciri dari
mereka yang menolak untuk mempertimbangkan hal-hal ini, dan menolak
Tuhan sembari terus mempertahankan pandangan bahwa alam semesta ada
dengan sendirinya dan bahwa makhluk hidup muncul dari peristiwa
kebetulan. Kaum Mason adalah contoh nyata dari cara pandang ini.
Walaupun bukti-bukti keberadaan Allah begitu jelasnya, mereka lebih suka
untuk mengabaikan dan menolaknya demi filosofi humanis dan materialis.
Di dalam Al Quran, Allah menyebutkan mereka yang bermentalitas demikian:
"Tidakkah kamu perhatikan
sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di
langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir
dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang keesaan
Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi
penerangan.
Dan apabila dikatakan kepada
mereka, "Ikutilah apa yang diturunkan Allah." Mereka menjawab, "(Tidak),
tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya." Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka)
walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala
(neraka)?" (QS. Luqman, 31: 20-21)
Masonry adalah kelanjutan dari tradisionalisme yang berpikiran sempit. Masonry modern
mempertahankan berbagai kepercayaan takhyul serupa yang telah dibela "saudara-saudara"
mereka tanpa kekritisan selama berabad-abad.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa
orang-orang tak bertuhan, "memperdebatkan tentang Tuhan" walaupun mereka
melihat bukti-bukti tentang-Nya. Artinya, mereka berperang melawan
agama-Nya. Penyebabnya adalah orang-orang tak bertuhan ini mengikuti apa
mereka dapati dilakukan oleh nenek moyang mereka, artinya, mereka
terperosok ke dalam tradisionalisme buta.
Jelaslah, bahwa tradisionalisme dengan
tepat mendefinisikan sejarah dan filosofi Masonry sebagaimana telah kita
kaji sejak awal buku ini.
Memang, tradisionalisme adalah kata yang
pas untuk menggambarkan Masonry karena ia tidak lebih dari sebuah
"organisasi tradisi", yang akarnya merentang hingga ribuan tahun ke
masyarakat-masyarakat pagan awal. Masonry dengan membuta mengikuti
tradisi-tradisi Mesir Kuno dari para fir'aun dan tukang-tukang sihirnya,
para filsuf materialis Yunani Kuno, Hermetisme, Kabbalah, para Templar,
Rosicrucian, dan kaum Mason sebelum mereka.
Sebuah ungkapan tradisionalisme Masonry:
simbol yang tidak berubah selama berabad-abad.
Tradisionalisme
ini penting untuk dikenali. Pada loge Masonik modern masih digunakan
berbagai legenda, simbol, dan kata-kata yang telah berumur ribuan tahun.
Walau pada kenyataannya hampir semua Mason berpendidikan tinggi, dan
menduduki posisi-posisi tertinggi di masyarakat, mereka menyelenggarakan
upacara-upacara di mana mereka memegang pedang berkilat dan tengkorak,
menggumamkan kata-kata Mesir Kuno, berdiri di hadapan tiang-tiang
bermodel kuil-kuil Mesir Kuno dengan mengenakan jubah perak, sarung
tangan putih dan bahkan pakaian-pakaian yang lebih aneh lagi, dan
mengangkat sumpah. Jika seseorang yang tidak mengetahui apa pun tentang
Masonry dibawa ke loge ini, mungkin dia akan mengira sedang mengunjungi
sebuah pentas film komedi, dan boleh jadi tidak sanggup menahan tawa
menyaksikan kaum Mason di tengah upacara inisiasi, dengan mata tertutup
rapat, tali di sekeliling lehernya, dan berjalan dengan satu kaki
telanjang. Namun, kaum Masonry, yang hidup di dalam dunia rahasia
mereka, menganggap upacara-upacara aneh ini sangat normal, dan
mendapatkan kepuasan psikologis dalam suasana mistis loge mereka.
Setelah berbagai upacara ini, mereka duduk dan berbincang-bincang
sesamanya tentang keyakinan mereka bahwa "atom memiliki jiwa dan
berkumpul membentuk makhluk hidup", bahwa "dunia mencapai
keseimbangannya karena kecerdasan yang tersembunyi di dalam magma", atau
bahwa "Ibu Alam telah menciptakan kita dengan begitu sempurna" serta
mitos-mitos lainnya. Keseluruhan permainan ini dipanggungkan hanya untuk
melestarikan tradisi, dan begitu jelas tanpa logika sama sekali
sehingga menakjubkan bahwa sistem semacam itu dapat terus bertahan hidup
dan dipertahankan.
Keterikatan buta kaum Mason akan tradisi
mereka jelas menunjukkan keutamaan yang mereka berikan kepada gagasan
tentang "landmark". Landmark adalah sebuah tempat atau objek yang
melambangkan sesuatu yang memiliki arti atau kepentingan historis. Di
dalam bahasa Masonik, landmark adalah peraturan-peraturan yang telah
diturunkan tanpa perubahan sejak berdirinya organisasi itu. Mengapa
tidak berubah? Kaum Mason memberikan penjelasan yang menarik. Sebuah
artikel yang terbit di Mimar Sinan pada tahun 1992 menyebutkan:
Landmark Masonry adalah hukum-hukum yang
sangat tua yang telah diteruskan dari masa ke masa dan generasi ke
generasi. Tidak seorang pun tahu kapan munculnya dan tidak seorang pun
berhak mengubah atau membatalkannya. Landmark itu adalah hukum-hukum
masyarakat yang tertulis dan tidak tertulis. Hukum-hukum yang tidak
tertulis dapat dipelajari hanya dari berbagai ritual dan upacara loge.
Ada enam hukum tertulis yang dapat ditemukan dengan nama "Kewajiban
Freemason" yang pertama kali diterbitkan dalam Konstitusi Inggris tahun
1723. 117
Berbagai aturan yang telah diterima sebagai
undang-undang Masonry telah dijaga tanpa
perubahan selama berabad-abad lamanya.
Mari
kita kaji kata-kata di atas lebih saksama: Ada sebuah organisasi
bernama Masonry. Anggota organisasi ini selama berabad-abad telah
menaati sejumlah hukum yang asal usulnya tidak diketahui. Lebih jauh
lagi, mereka bersikeras bahwa tidak seorang pun dapat mengubah
hukum-hukum ini. Tidak seorang pun dari mereka yang maju untuk
mempertanyakan mengapa mereka mengikutinya!... Dan, demi menaati
hukum-hukum ini, mereka siap sedia mengabaikan penemuan-penemuan sains
dan kesimpulan logis mereka. Dapatkah masyarakat seperti itu mengikuti
jalan "logika" dan "sains"?
Bagian lain dari artikel yang dikutipkan
di atas, menyatakan secara harfiah bahwa seorang Mason harus mematuhi
hukum-hukum tersebut tanpa bertanya:
Menurut pendapat saya, landmark adalah
semacam bagian Masonry masa lalu yang saya tak pernah ingin tahu tentang
asal usulnya, baik di loge maupun dalam aktivitas saya sebagai seorang
freemason. Saya tidak tahan untuk menganalisa mengapa saya merasa
demikian tetapi saya kira jika struktur Freemasonry tidak diubah, maka
ia akan bertahan.... Saya menjalaninya tanpa perlu upaya khusus apa pun.
118
Bagaimana mungkin sebuah organisasi
memunyai pengikut-pengikut yang memercayai dan mematuhi hukum-hukum yang
tidak mereka ingin tahu asal usulnya dapat dipandang masuk akal?...
Sudah tentu, klaim Masonry sebagai masuk
akal dan ilmiah adalah kosong belaka. Seperti para materialis lainnya,
walaupun senantiasa menggunakan istilah-istilah logika dan sains, mereka
pun dengan teguh mempertahankan sebuah filosofi yang tidak punya
dukungan logis ataupun ilmiah, dan berpaling dari fakta-fakta yang telah
ditemukan sains. Pada dasarnya, yang membawa para Mason ke dalam
kesalahan seperti itu, atau mengguna-guna mereka, adalah keterikatan
yang membuta akan tradisi mereka.
Ini menunjukkan bahwa ajaran Masonry
bersifat memerdayakan. Ia menjauhkan manusia dari kepercayaan akan Tuhan
mereka, menjerumuskan mereka ke dalam takhyul dengan mengikuti berbagai
hukum, mitos, dan legenda kosong. Apa yang dikatakan Al Quran tentang
kaum pagan di Saba, yang mengingkari Allah untuk menundukkan diri kepada
Matahari, juga berlaku bagi Masonry: "Setan telah menjadikan mereka
memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari
jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk....." (QS. An-Naml,
27: 24). Kaum Mason mengingkari agama Allah demi sebuah doktrin yang
ketinggalan zaman yang mereka kembangkan dengan berbagai simbol dan
unsur mistis.
Lebih jauh lagi, tidak cukup hanya
dengan mengingkari Tuhan, mereka memerangi agama-Nya, sebuah pertarungan
yang telah mereka lakukan sejak lama.
|